Tiga kata yang saling
melengkapi. Masalah AIDS dan seks belakangan sangat akrab dengan kehidupan
remaja. Bila kita bicara masalah remaja, nggak bisa dilepaskan dari
persoalan kehidupan seks. Bahkan bila kita membicarakan seks lebih jauh, seperti
seks bebas misalkan, kita juga nggak salah-salah amat bila menghubungkannya
dengan AIDS. Ya, penyakit AIDS kerap muncul, tumbuh dan berkembang lewat jalur
ini. Karena memang penyebaran virus HIV (‘biang’ AIDS) ini paling efektif lewat
kontak fisik (baca: hubungan kelamin). Nah, itulah kenapa tiga kata; AIDS,
seks, dan remaja adalah satu kesatuan. Nggak berlebihan tentunya, kan?

Sebuah
simulasi komputer yang rumit mengenai evolusi HIV telah memperkirakan bahwa
1930 adalah tahun awal. Ketika itu pemerintahan kolonial Prancis di Afrika
bagian barat melakukan kerja paksa untuk membangun rel kereta api. Karena para
pekerja paksa itu kekurangan makanan, diperkirakan mereka berburu binatang liar
di hutan, kemudian tertular HIV dari hewan primata yang mereka makan.
Rel kereta api
Kongo-Samudera juga ditempatkan dekat kasus HIV pertama, di kota Kinshasa.
Peristiwa sejarah lainnya, pengembangan kebun binatang dan penangkapan simpanse
yang menggigit, mungkin juga menjadi faktor dalam penyebaran HIV.
Dalam sumber lain,
penyakit ‘kutukan’ tersebut didiagnosa pertama kali pada tahun 1980. AIDS adalah
penyakit rontoknya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV, yakni virus HTLV-III (Human
T-Cell Lymphotropic Virus-III, ditemukan tahun 1980), yang menyerang sel
darah putih lymphocyte T-4. Setelah sel T-4 ini digempur HTLV-III, organisme
racun (toxoplasma) berkembang, menyusup ke dalam tubuh lewat peredaran darah,
lantas memproduksi bisul bernanah di otak, paru-paru, jantung, hati dan limpa.
Selanjutnya, ini mengakibatkan matinya jaringan sel, kista dan berbagai
kerusakan sel-sel otak. Berat ya bacanya? Sekali-kali memang kamu kudu rada
mikir juga deh. Itu semua demi kebaikan kamu, biar kamu juga intelek dikit
(he..he..he..). Sori, jangan dimasukin ke hardisk, eh salah, maksudnya hati!
Nah, dengan rontoknya
sistem kekebalan tubuh, maka berbagai penyakit yang menyerbu tubuh penderita,
pasti bakal susah untuk disembuhkan, Brur. Flu ringan sekalipun akan sulit
sembuh bagi penderita AIDS. Ya, makin lama makin menggerogoti tubuh penderita
dan tak mustahil berakhir dengan kematian. Wuah, ngeri banget!
Gimana nggak, bila ada
yang menderita flu terus-terusan (nggak sembuh-sembuh) disertai munculnya
bintik-bintik merah di sekujur tubuh, badan makin kurus kering, lidah berjamur,
gemetaran, diare terus-terusan, demam, berkeringat di waktu malam, kelelahan di
sekujur tubuh, sulit menelan dan bicara, napas tersengal-sengal.. wah,
hati-hati, itu gejala AIDS. Tapi itu akan dialami setelah 5 sampai 10 tahun
begitu positif terserang HIV. Jadi yang sekarang kelihatan sehat-sehat saja,
belum tentu tidak terserang AIDS.
Bagaimana dengan jumlah
penderitanya? Ah, ternyata ibarat fenomena gunung es. Kecil di permukaan, tapi
besar di dalam. Sampai akhir 1996 saja, WHO memperkirakan jumlah orang yang
terinfeksi HIV mencapai 30 juta orang dan mereka yang meninggal akibat AIDS
sebanyak 6,4 juta orang. WHO juga melaporkan, penderita AIDS paling banyak
ditemukan di Amerika Serikat yaitu 581.429 orang, disusul Brasil 103.262 orang,
Tanzania 82.174 orang, Thailand 59.782 orang, dan Perancis 45.395 orang.
Di Afrika—di mana diperkirakan
1.000 anak-anak terinfeksi HIV setiap hari—tiga negara selain Tanzania
dilaporkan memiliki penderita AIDS lebih dari 50.000 orang. Negara-negara itu
ialah Kenya, Zimbabwe, dan Uganda, yang kemudian disusul Malawi dan Zambia
dengan penderita AIDS tidak jauh berbeda. Wuah, benar-benar gawat, Non!
Di Asia tidak ada negara
selain Thailand yang melaporkan jumlah kasus AIDS lebih dari 10.000 ribu.
Negara dengan kasus AIDS mendekati Thailand ialah India sebanyak 3.000 kasus,
Myanmar 1.822 dan Jepang 1.447 penderita.
Di Eropa, terutama di
negerinya David Trezeguet (Perancis), tercatat jumlah penderita AIDS paling
banyak yaitu 45.395 orang, melewati Spanyol 45.132 penderita. Kemudian disusul
Italia 38.418 penderita, Jerman dengan 16.138 penderita dan Inggris sendiri
mengoleksi 14.082 penderita. Tuh, di negara-negara yang membolehkan pergaulan
bebas ternyata memang angkanya cukup besar.
Brasil juga menyimpan
penderita AIDS paling banyak, 103.262 penderita, dibandingkan negara Amerika
Latin lainnya seperti Meksiko 29.962 penderita dan Argentina 10.461 penderita.
Kanada secara resmi melaporkan ada 14.836 penderita AIDS dan Australia
melaporkan 7.033 kasus (Kompas, 7 Juli 1997)
Bagaimana dengan
Indonesia? Hingga akhir Oktober 1998 jumlah penderita AIDS maupun pengidap HIV
di wilayah Sumatera Utara saja telah mencapai 27 orang. Itu artinya Sumut
menduduki urutan ke tujuh setelah DKI Jakarta, Irian, Riau, Bali, Jawa Timur
dan Sumatera Selatan. Di Indonesia sendiri hingga akhir Oktober 1998 lalu telah
mencapai 776 orang, 555 di antara mengidap HIV, yang meninggal sudah 111 orang.
Dan nggak mustahil, jumlah itu akan terus membengkak bila tak segera
diselesaikan dengan benar dan baik. Tak mustahil pula bila tahun 2000 ini
jumlah penderita penyakit ‘kutukan’ ini diperkirakan meningkat hingga 1 juta
orang. Siapa tahu, kan? Mengerikan!
Jalur
Penyebaran AIDS
Nah, yang ini patut kamu
waspadai, kamu harus memantau terus lewat media apa saja virus HIV itu
menyebar. Berdasarkan beberapa penelitian, AIDS paling efektif menyebar lewat
hubungan seks. Baik antara laki-laki dengan wanita, maupun yang abnormal, yakni
homoseksual dan lesbian. Dan celakanya, saat ini memang seks bebas sedang
menjadi primadona remaja. Kebebasan bergaul telah menjadi pintu gerbang
penyebaran AIDS. Dan korban AIDS dari kalangan pelaku seks bebas ini memang
paling banyak. Mereka sangat rentan alias berisiko tinggi terkena penyakit
‘kutukan’ ini. Termasuk pelaku seks menyimpang, yakni para homoseks dan
lesbian.
Nah, media penyebaran
AIDS lain yang juga cukup ampuh adalah melalui transfusi darah. Di ‘sektor’
ini, nggak musti orang yang berdosa, tapi bisa juga orang baik-baik kena
getahnya. Jadi kamu kudu hati-hati, jangan-jangan darah yang dikucurkan ke
tubuh kamu saat melakukan transfusi darah adalah darah yang sudah terinfeksi
dengan virus HIV. Ih, naudzubillahi mindzalik, jangan sampai deh.
Perlu juga diwaspadai
adalah penyebaran lewat alat-alat kedokteran yang nggak steril. Contoh kasusnya
memang sudah ada, di Amerika pernah ditemukan seorang gadis kecil yang kena
AIDS setelah berobat ke dokter gigi yang lesbi. Berarti peralatan dokter gigi
yang lesbi itu nggak steril, karena kebetulan si dokter kena AIDS. Ih,
mengerikan banget, ya?
Well, masih ada media
yang cukup ‘sakti’ untuk menularkan virus HIV ini, yakni lewat narkoba. Wuah,
di jalur ini kasusnya cukup banyak juga, Non. Mau tahu? Nih buktinya. Dari
studi yang dilakukannya, pakar AIDS Dr. Zubairi Djoerban mengajukan beberapa
bukti keterkaitan narkoba dan HIV/AIDS. Dia mengemukakan dalam beberapa bulan
terakhir, sampai dengan bulan Oktober 1999, pasien baru yang didiagnosis atau
dirujuk kepadanya selaku spesialis penyakit dalam biasanya 1-2 orang dalam satu
bulan. Dia juga menambahkan bahwa dalam tiga minggu pertama bulan November
1999, menemukan sembilan kasus baru infeksi HIV/AIDS, dan tiga diantaranya
pecandu narkoba. Hih, mengerikan banget. Lebih menyeramkan lagi adalah
penelitian beliau melalui Yayasan Pelita Ilmu yang diketuainya tentang
penelitian pendahuluan terhadap ABG di daerah Blok M, yang memperlihatkan
adanya 7,5 % di antara mereka merupakan pecandu narkoba dan 12,3 % lainnya
terlibat seks bebas(Media Indonesia, 30 Nopember 1999)
Sobat, bukti memang
sudah banyak, bahwa media penyebaran AIDS paling efektif dan ampuh adalah
melalui jalur seks bebas dan menyimpang. Maka untuk menyelesaikan AIDS ini
harus melibatkan semua unsur. Dan bukan dengan terapi yang asal-asalan dan
buang waktu serta uang. Misalnya dengan mempropagandakan pemakaian kondom. Itu
nggak bakal menyelesaikan masalah, malah yang pasti menimbulkan masalah baru.
Selain melanggengkan seks bebas, juga AIDS bakal makin merajalela. Nggak
percaya? Jangan dicoba! Allah SWT berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (an-Nuur; 30).
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan dalam satu tempat tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi SAW
bersabda : “Ketika seorang laki-laki (pergi) berduaan dengan seorang wanita,
maka setan menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam Islam, campur baur
bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan dan kepentingan syar’i
adalah terlarang. Islam memandang seks bebas sebagai sebuah malapetaka
besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji,
baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi….” (al-An’am; 151).
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-isra’:
32).
Pelaku perbuatan dosa
besar ini akan menghadapi siksaan yang mengerikan dari Allah. Allah berfirman :
“Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya ia
mendapat (pembalasan) dosa (nya).” (QS al-Furqon: 68).
Menurut Islam, siapa saja yang
melakukan seks bebas akan diganjar sanksi hukum segera setelah persyaratan
sanksi tersebut terpenuhi. Seperti pelaku perzinahan, mereka akan dirajam untuk
yang sudah (pernah) berkeluarga, dan akan dijilid (cambuk) bagi yang masih
lajang.
Nah, kamu jangan coba-coba
nekat bergaul bebas dengan lawan jenis, apalagi sampai kebablasan berzina,
selain memang dosa, jangan-jangan kamu nanti menjadi penderita AIDS yang ke
sekian. Ih, naudzubillahi min dzalik []
0 komentar:
Posting Komentar