Pada satu lorong waktu, justru
semua terasa indah dan dami. Walaupun kisah kenangan dunia masih menyerupai
molekul-molekul aktif di darah yang berjalan cepat di sekujur tubuh seorang
manusia yang gagah dan tegas. inilah dia, Ibnu Khaththab. Si singa Allah yang
tak kuasa membendung butiran-butiran air dari mata dalam satu kisahnya.
Ia pernah menyaksikan kekasih
Allah tidur beralas tikar kulit kasar yang dirangkai bersama hijaunya
rerumputan, sebuah alas yang jauh dari kelas “Eksekutif” atau sekedar”Ekonomi”
untuk manusia-manusia berkelas dunia-akhirat, seperti Rasulullah. Hingga,
punggung beliau berbekas bilur.
“Sungguh wahai kekasih Allah,”
keluh Umar dengan rapi” si Kisra dan Qaishar berebahkan diri diatas bantal dan
permadani sutranya. Pelayanpun lalu lalang menyiapkan keperluannya, sementara
kedudukanmu jauh lebih mulia disisi Allah…”
Ini termasuk daftar keluhan yang
tidak terlalu disukai oleh Rasulullah. Namun,dengan kilatan cahaya yang
terpancar dari bibir beliau yang tersenyum itu, ia jelaskan kepada para sahabat
yang tidak pernah sulut semangat ini,” Apakah engkau tidak ridha mereka
mendapat dunia, sedangkan kita menyimpan akhirat wahai ibnu Khaththab?”
Beliau memang seorang presiden
Dunia yang tidak kalah dengan Kisra dan Qaishar, secara duniawi, tentu diatas
layak bagi orang-orang sepertinya, Rasulullah Shalallahualaihi wasallam, untuk
menikmati fasilitas serupa. Tapi, dimana kekayaan beliau jika memang benar
bahwa beliau adalah seorang pemimpin, panutan, guru, nabi, sekaligus utusan
Allah yang diturunkan dimuka bumi? Di mana? Di mana? Ah, sayang sekali.
Mungkin, jika sobat hidup di zaman
Rasulullah sebagai rakyat biasa, tak henti-henti mendapat bantuan gratis dari
Rasulullah. Tanpa tanda tangan dan potongan sana-sini. Tidak ada sedikitpun
pungutan sekedar antar barang kerumah tanpa diminta. Rasulullah sebenarnya bisa
saja menjadi sosok manusia yang kaya secara materi dunia dan akhirat seperti
nabi Sulaiman Alaihissalam.
Tapi, dimana kekayaan presiden
kaum Arab itu? Ya, kekayaan Rasulullah habis untuk umat. Bahkan, beliau sendiri
tidak terlalu memedulikan harta. Allahummaj`alnii miskiinan, wahsyurnii fii
zumratil masaakiin` ya Allah, jadikanlah aku orang yang miskin.
Kumpulkanlah aku bersama mereka.` itu doa Rasulullah. Teladan umat.
Wahai sodaraku yang dicintai
Allah, dalam beberapa telusuran ini, ada sinyal-sinyal yang terpancar dari
sebuah sistem gerak. Ini perlu untuk kita ambil, rakit, pasang, dan hidupkan.
Itulah, gerak cinta beramal sunnah. Yang mungkin, sumber arusnya adalah niatan
suci untuk menjalari setangkai hati.
Karena itu, yang ditaklukkan
Rasulullah tidak Cuma wilayah, rakyat, tentara,… Justru yang ia taklukkan
adalah hati! Untuk diseru bersama, berpadu mengesakan Tuhan Allah Yang Maha
Esa. Sistem cinta itu mengajarkan kepada kita sebuah kekuatan hebat tak
terkalahkan.[]
0 komentar:
Posting Komentar