Berikut merupakan surat terbuka yang dilayangkan oleh seorang ibu kepada Ustadz Soleh Mahmud alias Ustadz Solmed.
==================
Assalamu’alaikum, Pak Ustadz...
Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan Solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah
mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di
televisi. Saya hanya ibu rumah tangga yang sedang terheran-heran,
mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah
sering muncul di infotainment.
Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita.
Katanya Ustadz sedang dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun
itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu
menjadi kenyataan. Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi
bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan
bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.
Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi
itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah
diisi oleh wanita lain. Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya
baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan,
mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah terpikat oleh pesona
seorang wanita?
Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan
pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis.
Miris hati ini melihat bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i
mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di
tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah
rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat bapak singgung.
Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara
gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita
bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita.
Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang
di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah bapak ada banyak ibu-ibu
seperti saya geleng kepala melihat tingkah bapak. Apalagi bolak balik
bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis
pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya dengan pacaran.
Ustadz Solmed,
Sebagai ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf
yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak
terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang
bukan mahrom. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut
Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini,
apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan
pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil
berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media
infotainment.
Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi
komoditi seperti ini. Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi
seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh
jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis. Wajah ganteng,
hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani
memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.
Ustadz Solmed,
Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan
suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat
beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi,
belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya.
Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini
mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah
yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model
berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah
menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating
tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara
hiburan.
Pak Ustadz,
Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh
saya juga jauh dari kefamahan terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin
menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang
bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang
dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf.
Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman
berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses
ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.
Konon bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan
adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu
asmara. Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak
menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan.
Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi
oleh hal yang tidak-tidak saja.
Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.
Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed..”
yang membuat miris siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz
masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan
kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan.
Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi,
kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak dan berkiblat pada bapak.
Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak
lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah dai,
bukan selebriti.
Wassalammu’alaikum
Sumber: Voice of Al-Islam
Like!
BalasHapussetujaaaaaa........
BalasHapus