Masjid Abdurrahman Isma'il,
Komplek Kampus IAIN Antasari,
Jl. A. Yani KM. 4,5 Banjarmasin, Kalsel
Phone: +6289691780577 (Ikhwan) /
+6285651xxxxxx (Akhwat)
E-Mail: ldk_amal@yahoo.co.id

Kamis, 12 September 2013

Nikmati Dunia, Tetapi Akhirat Tujuan Utama

cinta-dunia-takut-matiKalo diresapi dalam-dalam memang faktanya saat ini sudah hadir di tengah-tengah kita. Nggak bisa dipungkiri bahwa banyak di antara manusia, termasuk kaum muslimin yang cinta dunia, lupa akhirat. Kalo orang kafir sih rasa-rasanya wajar karena mereka tidak beriman kepada Allah Swt., tetapi bagaimana dengan kaum muslimin yang beriman kepada Allah? Ini yang justru aneh kalo hadir juga dalam perilaku kaum muslimin. Nggak banget deh! Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS asy-Syura [42]: 20)

Berkaitan dengan kecintaan kepada dunia ini, memang banyak banget faktanya. Perhiasan dunia itu sering menipu, gemerlapnya bisa bikin kita terlena. Itu sebabnya, banyak manusia menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Boleh sih, memiliki perhiasan dunia, tetapi seperlunya saja dan jangan melupakan akhirat.

Sobat  muda, sebagai muslim bukan berarti kita membenci dunia sepenuhnya, Nggak juga kok. Akhirat memang yang utama, tetapi dunia juga boleh kita nikmati. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS al-Qashash [28]: 77)

Ayat ini jelas memberikan kebolehan bagi kita untuk menikmati dunia, tetapi tentunya tidak dijadikan sebagai yang utama dan tujuan akhir. Sebab, akhirat tetap tujuan akhir kita, Bro. Maka, nggak usahlah kita merasa terhina kalo gagal dapetin juara kelas. Nggak usah merasa langit runtuh kalo kita nggak bisa kuliah di perguruan tinggi incaran. Tak perlu merasa sedih kalo kita gagal lulus ujian. Biasa aja lagi. Sebaliknya, jangan pula iri dengan prestasi dan kebanggaan semu yang diraih orang-orang yang lalai atau malah orang kafir. Bila perlu malah harusnya kita nasihati mereka agar sadar. Kita memang senang dan boleh memburu perhiasan duniawi, tetapi itu sekadarnya saja.

Kita nggak bisa menjadikan perhiasan dunia sebagai ukuran keberhasilan abadi. Sebab, percuma aja banyaknya hasil ‘buruan’ perhiasan dunia yang kita miliki, jika pada akhirnya hal itu melalaikan kita dari beriman dan beribadah kepada Allah Swt. Rasulullah saw. saja, amat sederhana dan tidak bermegah-megahan dengan harta. Dari Anas bin Malik berkata, “Saya masuk kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang berada di tempat tidur yang dipintal dan ditenun, dan di bawah kepalanya ada bantal yang isinya serabut pohon kurma. Antara kulitnya (Nabi) dan ranjang terdapat kain, lalu Umar masuk dan menangis, Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, ‘Apa yang membuat engkau menangis wahai Umar?’ la menjawab, ‘Demi Allah wahai Rasulullah!, tidaklah Saya menangis melainkan karena Saya tahu bahwa engkau adalah hamba yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan Kisra dan Kaisar. Mereka berdua hidup bergelimang dengan gemerlapnya dunia, sedangkan engkau wahai Rasulullah di tempat seperti yang Saya lihat.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apakah engkau tidak rela wahai Umar!, bagi mereka kehidupan dunia sedangkan bagi kita adalah di akhirat?’ Saya menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah’ Nabi berkata, ‘Memang seharusnya demikian.’” (derajat hadist Hasan shahih, di dalam kitab Takhrijut-Targhiib (4/114). Muttafaqun ‘alaihi- Umar, tercantum dalam Shahih al-Adab al-Mufrad)

Oke deh sobat, kita fokus pada tujuan kita untuk akhirat. Nggak usah pusing atau merasa iri jika prestasi duniawi tak kita dapatkan. Nikmati dunia seperlunya, tetap tambatkan hati kita untuk akhirat. Maka, dalam hal apapun (pendidikan, jabatan, harta, prestasi dan sejenisnya), orientasi kita tetap akhirat. Itu artinya, semuanya harus disesuaikan dengan syariat Islam. Kalo nggak sesuai, ya ngapain diburu dan diperjuangkan perhiasan dunia tersebut. Iya nggak sih? So, banggalah jadi muslim, nikmati dunia sesuai kebutuhan saja, jadikan akhirat tujuan akhir. Beriman, berilmu, beramal shalih. Kita wujudkan itu yuk! ^_^

ads

Ditulis Oleh : LDK AMAL Hari: 23.28 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bagaimana tampilan Web kami menurut Anda?