Masjid Abdurrahman Isma'il,
Komplek Kampus IAIN Antasari,
Jl. A. Yani KM. 4,5 Banjarmasin, Kalsel
Phone: +6289691780577 (Ikhwan) /
+6285651xxxxxx (Akhwat)
E-Mail: ldk_amal@yahoo.co.id

Kamis, 12 September 2013

Perlukah Tes Keperawanan?


“Tuhan, tolong sisakan perawan bagi generasi kami.”

Gambarnya seorang anak laki-laki yang sedang mengangkat tangan seperti berdoa. Lucu tapi miris membacanya. Sebegitu rusakkah generasi zaman ini?
Bro en Sis rahimakumullah, akhir-akhir ini media terutama dunia maya dihebohkan dengan pemberitaan bahwa akan ada tes keperawanan bagi mereka yang mau masuk SMA atau kuliah. Gonjang-ganjing pro dan kontra menyikapi kabar ini. Coba, keperawanan mau dites. Istilah tes sendiri aja sudah bikin orang merinding, apalagi ditambah kosakata perawan. Dobel merinding jadinya. So what? Apa yang akan dibuktikan bila seorang perempuan tidak perawan? Atau sebaliknya.
Kita tinggalkan sejenak kehebohan atas usul tes keperawanan tersebut. Masalah ini sebetulnya bukan barang baru lagi karena ini menyinggung tentang perilaku remaja terhadap gaul bebas (termasuk berhubungan seks sebelum menikah alias berzina). Di awal tahun 90-an, sudah ada survey terhadap perilaku remaja tentang hal ini. Dan mengejutkan. 62,7 % remaja kita sudah tidak perawan lagi. 21 % sudah pernah melakukan aborsi (iedapss.wordpress.com/tag/survei/). Itu di awal tahun 90-an loh ya. Bayangkan setelah 23 tahun kemudian yaitu hari ini, berapa lonjakan angka tersebut kemungkinan terjadi? Miris dan prihatin membayangkannya.

Remaja kita, sebegitu parahkah?
Dulu, yang berperilaku gaul bebas itu adalah mereka yang pakaiannya mini, you can see (anything?) dan anaknya urakan. Tapi kini, pelaku mesum ternyata juga mereka yang berpakaian menutup aurat sebagai simbol bahwa mereka wanita muslimah. Pegangan tangan di depan umum, hingga ciuman bahkan maaf lebih jauh dari itu tidak malu dilihat orang banyak. Remaja kita semakin kehilangan rasa malu yang membedakannya dari hewan.
Akhirnya bermunculanlah banyak pihak yang peduli dan sok peduli. Mereka datang atas nama penyelamatan remaja. Tapi coba amati apa yang dilakukannya. Atas nama Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) mereka datang ke sekolah-sekolah memberi penyuluhan dengan ceramah dan penayangan gambar reproduksi. Bukannya makin sembuh, yang tidak tahu malah makin penasaran. Bagaimana tidak bila ternyata KRR itu menayangkan slide tentang dua orang berbeda jenis yang sedang melakukan hubungan intim. Dalihnya untuk edukasi, tapi faktanya, otak remaja yang ‘kreatif’ mengolahnya berbeda. Belum lagi pembagian kondom  gratis setelah acara tersebut. Ini layaknya bungkus rokok yang ada tulisannya ‘Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin’. Memperingatkan tapi disodori. Melarang tapi juga mengajari dan memberi peluang.
Tak heran bila akhirnya tak jelas ke mana generasi muda negeri ini melangkah. Banyak sekali kebijakan yang nanggung alias setengah hati pelaksanaannya. Bila terjadi pelanggaran pun, tak ada sanksi yang bisa menjerat pelaku. Dalam kasus seks bebas atau perzinaan, lokalisasi pun jadi halal ketika pajaknya dianggap bisa mendulang keuntungan bagi negara. Lalu, harus dengan langkah apa pemerintah berusaha menanggulangi bencana akhlak ini?

Fakta negeriku
Sobat muda, coba kita tengok sebentar isi TV nasional kita. Ternyata isinya tak jauh dari pacaran, rebutan harta, rebutan pacar yang berujung dendam dan saling bunuh. Pacaran, ini yang kita garisbawahi. Dulu pacaran di TV usia SMA. Lalu makin lama usia SMP dan sekarang usia SD. Bukan tidak mungkin bila kita biarkan usia TK atau PAUD saling menyebut lawan jenis bukan lagi teman, tapi pacar. Terus isinya bukan lagi adik kecil yang mainan mobil dan boneka beruang, tapi sudah cium-ciuman dan mempraktekkan apa yang sering dilihatnya di TV. Naudzubillah. Meskipun usia kanak-kanak belum ada rangsangan seksual, tapi proses imitasi adalah keahlian paling bagus yang dimiliki oleh mereka.
Tes keperawanan diwacanakan (karena banyak yang menolak) salah satunya berawal dari adanya trafficking gadis belia untuk diperjualbelikan. Kegiatan ini bisa dilakukan karena terpaksa, bisa juga karena senang untuk having fun dalam arti si gadis sendiri yang rela menjual harga dirinya demi kemewahan sesaat.
Kalau begini keadaannya, lalu mau jadi apa generasi bangsa ini ke depan? Pemerintah jelas tak mau ambil pusing tentang persoalan akhlak ini. Mereka sudah pusing memikirkan partai dan kursi kekuasaan masing-masing. Lha, wong kontes Miss World yang jelas-jelas ajang pamer aurat saja dibiarkan dan diberi izin, apa yang kita harapkan dari pemerintah model ini? Lalu, apakah kita kehilangan harapan?

Harapan itu masih ada
Bro en Sis rahimakumullah, banyak remaja yang sudah tak perawan, tapi percayalah, banyak juga yang masih bisa menjaga kehormatan dirinya. Doa penuh putus asa di bawah jalan layang itu selain sebuah sindiran terhadap negeri, bisa jadi juga karena ia melihat fenomena mudah dan murahnya harga keperawanan di hadapan materi. Padahal bila ia mau sedikit saja jeli, masih ada dan banyak perempuan salihah yang menyimpan kehormatannya hingga tiba saatnya nanti.
Mengharapkan pemimpin negeri ini mencegah hilangnya keperawanan dan keperjakaan remaja kita, ibarat pungguk merindukan rembulan alias sia-sia. Bilapun mereka ada itikad baik, hukum yang ada tidak mendukung diberantasnya seks bebas. Bahkan ada pasal yang melindungi pelaku perzinaan apabila dilakukan atas suka sama suka. Tak ada satu pihak pun yang bisa melarang termasuk orang tua sendiri.
Manusia dan sistem adalah dua hal yang harus dibenahi bersama, tidak bisa salah satunya saja. Dan karena sistem yang ada memang tidak mengindahkan aturan Islam, maka kita tidak usah terlalu berharap banyak darinya. Mari kita melakukan yang terbaik dari apa yang kita bisa.
Menutup aurat, adalah langkah awal untuk membentengi diri dari pandangan laki-laki yang tidak berhak. Bagi laki-laki, menundukkan pandangan adalah pencegahan terhadap hal haram lainnya. Tidak ada saling menyalahkan dalam hal ini. Yang perempuan menyalahkan laki-laki karena piktor alias pikiran kotor ketika melihat perempuan. Yang laki-laki menyalahkan perempuan karena berpakaian dan bertingkah mengundang selera. STOP! Ayo saling introspeksi diri.
Jaga interaksi. Laki-laki dan perempuan adalah dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Normal, lumrah dan wajar memang iya. Tapi bila ini terjadi pada dua anak manusia yang masih sekolah dan jauh ke arah nikah, bencana akibatnya. Kamu tahu sendiri hormon remaja itu sedang hot-hotnya berkembang. Terkena ‘setrum’ sedikit saja langsung ON. Jadi Islam memberi aturan dan batasan itu demi kebaikan manusia sendiri. Yuk, yang perempuan berkawan dan bersahabat dengan perempuan saja begitu juga dengan laki-laki. Kecuali dalam hal kerjasama yang diperbolehkan hukum syara, baru deh kedua jenis ini boleh bertemu dengan syarat-syarat tertentu. Misalnya saja tetap dengan menutup aurat dan ada mahram yang menemani si wanita.
Cerdas memilih teman. Oke, kamu berteman sesama laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Tapi jangan salah pilih teman sejenis yang ternyata mengajak kamu ke arah maksiat misalnya nonton video porno. Atau bisa juga nggak seekstrim itu tapi yang diobrolkan cuma tentang pacar, gebetan, dan hal-hal seputar itu. Jadi deh, muncul keinginan untuk coba-coba hal-hal yang awalnya seharusnya kamu hindari.
Setelah ini semua kamu lewati, ingat jangan ingin cari selamat sendiri. Surga itu luas, Bro en Sis. Nggak enak bila kita nikmati sendiri. Yuk ajak teman-teman, kaum kerabat, handai taulan dan semua orang yang kamu sayang untuk sadar dan menjauh dari gaul bebas dan perzinaan. Nggak usah harus jadi ustadz dulu baru bisa dakwah. Sebab, yang penting kamu ada kemauan, ilmu dan kepedulian untuk menyelamatkan sesama terutama generasi muda.
Bisa kok kamu memulai dari diri sendiri, rumah, sekolah dan lingkungan kamu tinggal. Buat tulisan sederhana, slogan menarik untuk ditempel dan banyak kreasi lain untuk menyadarkan umat. Jalin kerjasama dengan banyak pihak yang memunyai kepedulian serupa. Gunakan standar Islam sebagai pedoman, pasti selamat dunia-akhirat. Allah Ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS al-Maa’idah [5]: 3)

Finally…
Sobat muda, untuk para cewek, anak putri, perempuan atau wanita di mana pun kalian berada, ingatlah bahwa kamu itu istimewa dan mahal harganya. Laki-laki yang menginginkanmu hanya bisa menyentuhmu dengan harga akad nikah. Untuk para cowok, ingat dong bahwa ibumu, nenekmu, tantemu bahkan kakak atau adik perempuanmu. Bagaimana jika kejadian yang sama menimpa salah satu orang yang kamu sayangi?
Intinya, dari pihak cewek dan cowok semuanya harus saling menghargai kehormatan masing-masing dengan tidak melakukan gaul bebas (apalagi seks bebas). Bila ceweknya sudah menutup aurat, cowoknya juga sudah menundukkan pandangan (sebagaimana perintah dalam al-Quran surah an-Nuur ayat 30-31), niscaya tak ada lagi doa penuh nelangsa di bawah jembatan layang seperti itu. Tetapi sebaliknya akan berdoa, “Ya Allah, terima kasih telah Kau berikan kekasih hati yang halal dan suci, baik di dunia maupun di akhirat nanti.” Allahumma aamiin........[]

ads

Ditulis Oleh : LDK AMAL Hari: 23.15 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bagaimana tampilan Web kami menurut Anda?