Disamping untuk melestarikan warisan budaya leluhur tempo dulu, dengan Festival Tabuh Beduk se-Kalsel ini juga diharapkan syiar Islam akan lebih semarak.
Tak seperti biasanya, Senin (15/9) malam, kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjar di Jl Menteri Empat Kelurahan Keraton, Martapura, tampak lebih meriah. Ratusan pengunjung memadati area tersebut, bahkan tidak sedikit pengendara sepeda motor yang mendadak berhenti di pinggir jalan, untuk menyaksikan babak penyisihan Festival Pukul Beduk se-Kalimantan Selatan.
Alunan takbir dan tahmid diiringi tabuhan beduk dengan irama bervariasi dari 14 group peserta berhasil memukau para penonton.
Kegiatan bernuansa religius ini memang sengaja digelar Pemkab Banjar melalui Disbudpar setempat bekerjasama dengan media terbesar di Kalsel Banjarmasin Post Group, untuk melestarikan warisan budaya leluhur.
"Bahkan even ini sudah menjadi agenda rutin tahunan dan merupakan salah satu ikon Kabupaten Banjar sebagai Kota Serambi Mekkah. Diharapkan melalui festival ini syiar Islam terasa kian semarak," jelas sekretaris panitia, Drs Gusti M Noor.
Di samping itu, lanjutnya, juga dimaksudkan sebagai sarana dalam upaya meningkatkan kreativitas seni sehingga akan lahir para penabuh beduk dan pelantun takbir yang handal.
Pukul beduk sendiri sudah menjadi tradisi masyarakat Banjar untuk menandai akan dimulainya salat berjamaah lima waktu. Namun, seiring perkembangan zaman kebiasaan ini mulai memudar.
"Sepengetahuan saya, hampir semua musala dan masjid di Kabupaten Banjar mayoritas masih menggunakan beduk setiap kali menjelang salat lima waktu. Apalagi menjelang lebaran. Entah di daerah lain, saya kurang mengamati, " ujar M Noor.
Kriteria Penilaian
Ada tiga kriteria penilaian dalam festival beduk 1429 H kali ini, yakni harmonisasi, kreativitas, dan penampilan.
Dalam harmonisasi dituntut adanya kekompakan antara pelantun takbir dengan tabuhan beduk. Artinya, berpijak pada not.
"Kadang ada juga peserta yang asal pukul, akibatnya antara irama beduk dan kumandang takbir lepas," kata M Noor.
Sedangkan kreativitas, sambungnya, pada saat menabuh beduk peserta mampu menampilkan keunikan dan corak tertentu. Misalnya, sambil menabuh beduk mereka berputar-putar.
Adapun penampilan, lebih kepada keseragaman kostum. "Tidak mutlak baju koko atau yang bernuansa Arab, silakan menggunakan pakaian jenis lain. Yang penting ada kekhasan dan keserasian," imbuhnya.
Dari 14 peserta yang tampil pada babak penyisihan, akhirnya terpilih 6 grup yang berhak berlaga di grand final tanggal 30 September 2008 nanti. Selain memperebutkan piala bergilir, masing-masing akan mendapatkan tropi, piagam, dan uang pembinaan.
Group yang Masuk Grand Final:
Tarbiyatul Aulat
Pekauman A
Langgar Al Falah
Pekauman B
Teluk Silong
Jamiatus Sabil
Hadiah untuk Para Pemenang:
Juara I tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 5 juta
Juara II tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 4 juta
Juara III tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 3 juta
Harapan I tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 2 juta
Harapan II tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 1 juta
Harapan III tropi dan piagam plus uang pembinaan Rp 500 ribu
Oleh Aliansyah
Banjarmasin Post Online
Serambi Ummah
0 komentar:
Posting Komentar