Salut buat tanah rencong Aceh! Aceh, yang juga dikenal sebagai “serambi
Mekkah” ini memang banyak melahirkan mujahid-mujahid tangguh yang gak takut
menghadapi kematian demi membela agama dan tanah kelahirannya dari rong-rongan kaphe penjajah. Gak sedikit
(banyak malah) mujahid-mujahid itu berasal dari kaum hawa, yang keberaniannya
nggak kalah nendang dari kaum adam! Kerenz!!
Salah satu dari wanita-wanita
hebat tersebut adalah Keumalahati. Nama ini memang jarang banget disebut-sebut
dalam buku sejarah, makanya nggak heran kalau banyak yang gak kenal sama
nama yang satu ini. Padahal, sang penyandang nama memiliki jasa dan peran yang
besar dalam perjuangan mengusir penjajah. Beberapa sejarawan bahkan menyertakan
sosok Keumalahati dengan Catherine II The great. Nggak usah heran, sebab
Keumalahati adalah Laksamana(Admiral) wanita pertama di dunia! Kalo nggak tahu,
laksamana atau admiral itu adalah panglima perang angkatan laut, yang merupakan
pangkat tertinggi dalam angkatan laut. So, gelar admiral itu keren banget!
Keumalayahati adalah perwira
lulusan Akademi Militer Ma’had Baitul Makdis kesultanan Aceh Darussalam. Ma’had
Baitul Maqdis adalah akademi militer yang dibentuk dengan bekerja sama dengan
kekhalifahan Turki Usmani. Ini menjadi penanda eratnya hubungan khalifah Usmani
dengan Kesultanan Aceh, sekaligus bukti bahwa Kesultanan Aceh merupakan bagian
dari Khalifah Usmaniyah.
Singkat cerita setelah lulus akademi beliau menikah dengan seoranglulusan
dari akademi yang sama, tapi namanya nggak tercantum dengan jelas dalam catatan
sejarah. Karena prestasi beliau yang memuaskan di akademi, beliau diserahi
amanah oleh sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil (1589-1604) untuk menjabat
sebagai komandan Protokol Istana Darud-Dunia dari Kesultanan Aceh
Darussalam. Satu lagi jabatan yang tinngi dan terhormat.
Kisah perjuangan Keumalayahati dimulai dari sebuah pertempuran laut
antara armada Kesultanan Aceh melawan armada Portugis di perairan selat Malaka.
Armada Aceh dipimpin sendiri oleh Sultan Al-Mukamil dengan dibantu dua orang
laksamana. Dalam pertempuran sengit di Teluk Haru Armada Aceh berhasil
menghancurleburkan armada Portugis. Namum kemenangan ituharus dibayar dengan
syahidnya dua orang laksamana dan 1000 orang pasukannya. Salah satu laksamana
yang syahid itu adalah suami Keumalahayati sendiri. Keumalahayati kemudian
bertekad meneruskan perjuangan suaminya yang gugur tersebut. Pantang baginya
menangisi suami yang syahid di jalan Allah.
Untuk melaksanakan tekadnya, beliau mengajukan permohonan kepada Sultan
Al-Mukamil untuk membentuk sebuah armada yang terdiri dari para janda yang
ditinggal syahid suami mereka di Teluk Haru. Sultan mengabulkan permohonan
tersebut dan membentuk armad yang dinamakan Inong Balae (Wanita Janda),
dan mengamanahi Keumalahayati untuk memimpin armada Inong Balae sebagai
Laksamana.
Awalnya armada Inong Balae
memiliki kekuatan sebanyak 1000 orang mujahidin yang terdiri dari para janda,
tapi kemudian diperkuat menjadi 2000 orang. Di bawah kepemimpinan beliau,
armada Inong Balaemenjadi kekuatan laut yang signifikan bukan hanya di wilayah
Selat Malaka, tapi juga Asia Tenggara. Jumlah kapal yang dimiliki mencapai 100
kapal galley bermeriam dengan kapasitas 400-500 orang. Beberapa kapal
diantaranyabahkan lebih besar dari kapal-kapal yang dimiliki orang Eropa.
Salah satu peristiwa penting
yang melibatkan Laksamana Keumalahayati adalah peristiwa Cornelis de
Houtman. Tahun 1599, dua kapal Belanda bernama de Leeuw dan de Leeuwin yang
masing-masing di pimmpin oleh dua bersaudaraCornelis de Houtman dan Frederick
de Houtman berlabuh di Aceh. Awalnya mereka diterima dengan baik karena tujuan
mereka untuk berdagang. Tapi kemudian mereka membuat ulah di Aceh. Padahal,
sebelumnya Cornelis yang konon kasar plus brangasanini juga bikin rebut di
Banten. Akhirnya sultan mengutus Keumalahayati untuk menggempur de Houtman
bersaudara. Dalam pertempuran tersebut Cornelis mati terbunuh dan Frederick ditawan
Kesultanan Aceh. Menurut Marie C. Van Zeggelen, dalam bukunya “Oude
Glorie” menyebutkan bahwa Keumalahayatisendiri membenamkan rencong ke dada
Cornelis de Houtman, sang pembuka jalan penjajah Belanda di bumi nusantara.
Laksamana Keumalahayati nggak
Cuma lihai dalam pertempuran, tapi juga piawai di meja perundingan. Beliau
sering mewakili Kesultanan Aceh untuk berunding dengan Negara lain. Beliau juga
berperan dalam menyelesaikan intrik-intrik di lingkungan kesultanan. Berkat
dukungan beliau juga, Darmawangsa Tun Pangakat diangkat menjadi Sultan
Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada masa kekuasannya
Kesultanan Aceh mencapai zaman keemasannya.
0 komentar:
Posting Komentar