Masjid Abdurrahman Isma'il,
Komplek Kampus IAIN Antasari,
Jl. A. Yani KM. 4,5 Banjarmasin, Kalsel
Phone: +6289691780577 (Ikhwan) /
+6285651xxxxxx (Akhwat)
E-Mail: ldk_amal@yahoo.co.id

Minggu, 05 Oktober 2008

Puasa Syawal Menjaga Hasil Training Ramadan


BERBUKA puasa bersama di masjid pada Ramadan sudah berakhir. Namun demikian, Muslimin yang masih merindukan buka puasa bersama di masjid, masih dapat menikmati. Ada sejumlah masjid yang sudah mentradisikan buka puasa bersama bulan Syawal.

Sebut saja masjid Ar-Rahim, Perumnas Kayu Tangi, Masjid Al-Jihad di Cempaka dan Masjid Al-Haq di Benua Anyar, yang sudah beberapa tahun ini mentradisikan buka puasa bersama bagi mereka yang berpuasa enam hari di bulan Syawal.


Kabarnya, Masjid Hasanudin Majedi tahun ini juga akan melaksanakan buka puasa bersama bagi jamaah yang melaksanakan puasa sunat Syawal.

"Buka puasa bersama ini didasari berlomba-lomba dalam kebaikan dan memotivasi berpuasa Syawal," kata H Maswan MT.

Penjelasan ustadz yang mempelopori buka puasa di Masjid Al-Haq ini, cukup beralasan. Sebab, kebanyakan umat Muslim lupa atau sengaja melupakan sunah Rasul yang menyuruh umatnya untuk dapat melaksanakan puasa sunat enam hari bulan Syawal.

"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan ditambah enam hari di bulan Syawal, maka sama dengan berpuasa satu tahun" (Al-hadis)

Padahal pahala yang sangat besar telah dijanjikan Rasulullah bagi mereka yang melaksanakan puasa enam hari bulan Syawal. Berbagai kesibukan dari mulai masuk kerja sampai masih terasanya nuansa lebaran, membuat umat melupakan puasa sunat ini.

Tradisi buka puasa bersama di bulan Syawal, sebuah cara untuk mengingatkan Muslimin melaksanakan puasa sunat di bulan Syawal. Melihat jumlah mereka yang berbuka puasa bersama semakin bertambah banyak, menjadi ukuran mereka yang berpuasa Syawal semakin bertambah.

Menurut Maswan, Ramadan, Idul Fitri dan pasca Ramadan sebuah rangkaian yang tak dapat dipisahkan. Orang yang berhasil di bulan Ramadan tercermin dari sikapnya pada Idul Fitri, dan grafik kesalehan meningkat di bulan lainnya.

Ramadan dapat diibaratkan kepompong yang kemudian bermetamorpose menjadi kupu-kupu. Untuk memperindah kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, maka harus dilakukan aktivitas lanjutan di bulan-bulan lainnya, seperti puasa di bulan Syawal.

"Bulan Ramadan training dari Allah, sesudah training harus dijaga di bulan Syawal, dan puasa Senin-Kamis pada bulan-bulan lainnya" kata Maswan MT.

Menurut Maswan, Ramadan ajang latihan, puasa enam hari di bulan Syawal untuk menjaga hasil-hasil yang telah didapat dalam latihan, kemudian hasil latihan agar dapat terjaga terus dengan melaksanakan puasa Senin-Kamis.

Tradisi yang dilakukan di bulan Ramadan, hendaknya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari di luar bulan Ramadan. Misalnya, kebiasaan salat berjamaah, ini harus pula dilakukan di luar bulan Ramadan.

Kebiasaan membaca Alquran di bulan Ramadan harus pula diteruskan pada bulan-bulan lainnya. Salat Tarawih di bulan Ramadan, diganti dengan salat malam di bulan lainnya. Demikian pula kebiasaan bersedakah di bulan Ramadan, diteruskan pada bulan lainnya.

Karena itu, Maswan menyarankan agar dapat menggairahkan bersegera melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Maksimal seminggu setelah hari raya, segera melaksanakan puasa Syawal.

Perlu diingat, khususnya ibu-ibu agar melaksanakan terlebih dahulu puasa yang telah ditinggalkan (aadha puasa).

"Menggampir puasa sunat dengan puasa qadha, tidak ada dalil yang jelas," kata Maswan.

Puasa enam hari di bulan Syawal sangat jelas manfaatnya, yaitu menjaga ketakwaan yang telah diraih dalam bulan Ramadan. Lalu Bagaimana mempertahankan ketakwaan itu? Menurut Maswan, harus bersikap Muraqabah (merasa diawasi Allah).

Puasa sarana efektif untuk merasa diawasi Allah. Contohnya, saat sedang berpuasa dan di dapur ada makanan, apakah kita akan menyantap makanan itu, walaupun semua orang tidak ada di rumah.

"Surah Al-Baqarah 188 merupakan aplikasi dari puasa," kata Maswan.

Sikap lainnya, yaitu Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam melaksanakan segala sesuatu). Dalam masalah apapun, kata Maswan, harus bersungguh-sungguh. Ketika bersungguh-sungguh akan mendapatkan petunjuk dari Allah.

Untuk menjaga ketakwaan harus dikembangkan sikap Muhasabah (introspeksi diri) dan Muaqabah yaitu memberi sanksi positif pada diri setelah melakukan kesalahan. ü

Oleh: AM Ramadhani

ads

Ditulis Oleh : LDK AMAL Hari: 03.28 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bagaimana tampilan Web kami menurut Anda?